Kulihat sebuah rangkaian bunga mawar berlambangkan hati yang tersusun indah disana,,
“Yudha,, ini,, ini semua,,” ucapku masih tak bercaya dengan semua yang kulihat,, begitu indah,, sangat indah. Tak pernah terbayangkan sedikitpun olehku Yudha akan melakukan semua ini dihari spesial hubungan kami.
“ini semua hadiah anniversary kita yang pertama,, mungkin aku belum bisa jadi pacar yang sempurna, tapi aku janji,, bahwa dihatiku hanya akan ada namamu,, Feronika Ajeng.” ucapnya begitu tulus,, hingga tanpa sadar membuatku menjatuhkan setetas air mata kebahagian atas semua yang telah dilakukannya.
Yah,, hubungan ini,, hubungan yang telah berjalan hingga 1 tahun, benar-benar membuatku merasakan arti cinta yang sesungguhnya. Bersama Rahardian Yudha,, sosok pria yang begitu lembut, begitu baik, begitu perhatian, membuatku tak ingin rasanya jika harus jauh darinya. Saat-saat suka dan duka telah kulalui bersamanya,, hingga tak ingin jika semua ini harus berakhir.
***
Semua kenangan manis itu,, begitu indah jika harus dikenang,, namun juga terbersit sebuah perih yang menyayat hati tak kala janji hanyalah sebuah janji. Dan hubungan yang berjalan hingga 1 tahun hanya akan menjadi masa lalu,, tak kala kuteringat perihnya hati ini saat melihatnya, melihat Yudha begitu bahagia bersama gadis lain.
Entah sejak kapan,, kedekatan Yudha bersama gadis itu,, perkenalan mereka yang baru berjalan 1 bulan sudah membuat mereka seolah menjalin hubungan yang spesial. Mereka,, mereka yang selalu tertawa, mereka yang saling mengagumi karena kelebihan masing-masing, mereka yang menjalin sebuah pertemanan diantara hubungan dekat kami, aku dan Yudha. Entah kenapa? Itu benar-benar membuatku sakit?
Aku sadar,, tak sepantasnya aku menjunjukan rasa tak sukaku akan apa yang dilakukan Yudha bersama gadis lain. Cemburu,, yah aku terbakar cemburu,, betapa sakitnya saat kumelihat Yudha seolah berubah. Yudha,, ia menjadi sosok yang tak pernah kulihat saat bersamanya,, namun tidak saat bersamaku. Sejak mengenal gadis yang selalu dianggapnya sebagai sahabat,, Yudha seolah menemukan belahan jiwanya yang dapat membuatnya menjadi dirinya sendiri. Aku sedih,, karena bukan aku, pacarnya,, yang membuatnya dapat menjadi dirinya sendiri. Angelina Agnes,, gadis itulah yang kini juga mengisi hari-harinya.
Hingga disuatu hari, saat kutengah berjalan melewati koridor-koridor kampus,, tanpa sengaja kulihat Yudha tengah tertawa begitu bahagia dengan Agnes. Begitu membahagiakan kah saat ia bersama gadis itu? Hatiku benar-benar tak bisa melihatnya,, rasa sakit itu selalu muncul tak kala aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Kenapa? Kenapa seolah aku hanya menjadi yang kedua untuknya? Ingin rasanya aku mendekatinya,, mengajaknya pergi meninggalkan gadis itu,, namun begitu berat jika aku melihat tawa Yudha yang selalu mewarnai wajahnya.
“Yudha,,, tak bisakah kau melihatku saat bersamanya?” lirihku pelan dan tanpa sadar seberkas air mata jatuh membasahi pipiku.
***
Sudah hampir 2 minggu ini aku tak bertemu dengannya,, kesibukan kami masing-masing yang membuatku tak dapat bertemu dengannya. Meskipun kami tetap berkomunikasi,, namun selalu terngiang bayang-bayang Yudha bersama Agnes. Tuhan,, apa yang harus kulakukan?? Aku begitu mencintainya?? Tak ingin jika aku melepaskannya??
Hingga malam tiba,, dibawah cahaya bulan yang saat itu tengah memancarkan cahaya utuhnya,, aku sendiri, berdiri dibalkon rumahku,, membayangkan kenangan-kenangan indah yang sudah kulalui bersama Yudha selama 1 tahun terakhir. Saat-saat terindah dalam hidupku kulalui bersamanya,, Yudha,, sosok yang selalu mengisi hatiku. Hanya dia, laki-laki yang kucintai, hanya Yudha yang ada dalam hatiku,, namun,, apakah Yudha masih merasakan hal yang sama?? Apakah dihatinya kini hanya ada namaku seorang?? Sedih jika harus membayangkan hal itu,, dan hanya tangis yang akhirnya harus berkorban.
***
Pada akhirnya,,, perasaan membawaku pada saat-saat yang begitu sulit dan terasa berat,, namun memang inilah jalan terbaik yang harus kulakuakan. Sedikitpun tak pernah kuharapkan semua ini harus terjadi,, tak ada yang perlu disalahkan dan tak ada yang perlu menyalahkan.
“Yudha,, maafkan aku,, aku sangat mencintaimu,, namun aku tak bisa untuk melanjutkan hubungan ini..” ucapku mencoba untuk menahan isak. Tak sanggup rasanya melanjutkan semua ini,, kenapa harus seberat ini??
“Ajeng,, apa maksud kamu?? Apa yang barusan kamu bilang?? Jika memang benar kau sangat mencintaiku,, kenapa kita harus berpisah setelah selama ini kita bersama??” kini laki-laki yang sangat kucintai tengah menggenggam erat kedua tanganku. Tak sanggup rasanya aku menatap kedua matanya,, tak akan pernah sanggup saat semua ini harus kulakukan demi kebahagiaannya.
“Ajeng,, jawab aku,, tatap mata aku,, apa kamu serius?? Semua ini gak akan bisa membuatku bahagia!” ucapnya lagi. Aku masih saja diam,, tak tau apa lagi yang harus kukatakan untuk melepaskannya. ‘Aku sangat mencintainya,, SANGAT…’ Tapi aku harus melepaskannya.
Dan akhirnya,, tanpa mengatakan sepatah katapun,, kucoba melepaskan genggaman tangannya yang begitu erat,, sekuat tenaga kulepaskan genggamannya,, namun apa? Tak dapat sedikitpun aku melepas genggaman tangannya,, dan yang terjadi kini justru Yudha menarikku dalam dekapan erat tubuhnya,, memelukku begitu lembut. Aku hanya diam,, sembari menikmati semua yang terjadi malam ini,, ‘Ya Alloh,, jika aku bisa memohon kepadaMu,, hentikanlah waktu dalam detik ini juga,,’ pintaku dalam hati masih dalam posisiku bersama Yudha.
Yah,, mungkin pelukan ini akan menjadi pelukan terakhirku bersamanya sebagai seorang kekasih. Meninggalkan semua kenangan indahku bersamanya,, saat tawa dan canda hanya akan menjadi sebuah masa lalu yang hanya menjadi sepenggal cerita manis.
Dan akhirnya,, setelah kunikmati pelukan ini sebagai tanda perpisahan kami, kembali kucoba untuk melepaskan pelukan ini,, kudorong tubuh Yudha pelan yang seolah kini terasa sangat ringan,, kenapa sekarang begitu mudah kau melepaskanku? Apa kau sudah lelah dengan semuanya? Apa kau sudah menerima keputusanku, Yudha?
Hingga akhirnya,, dengan begitu berat kulangkahkan kakiku meninggalkan Yudha yang masih saja mematung ditengah malam yang saat itu seolah ikut bersedih melihat perpisahan ini. Aku hanya bisa menangis,, meskipun telah kucoba untuk tak menangis,, menahan air mata ini agar tak jatuh,, namun semua itu tak sanggup kulakuan.
“AJEEEENG,,,,”
“maafin aku Yud,, ini semua yang terbaik,, gak ada lagi yang bisa dipertahanin,, aku yakin,, suatu saat kamu akan lebih bahagia,, mungkin tidak denganku,,” isakku sembari menahan rasa sakit yang semakin menyayat hati.
***
Hingga 2 tahun kemudian,, setelah kuputuskan untuk pindah ke Singapore meninggalkan semua kenangan indah ini,, kini aku telah kembali setelah menata hatiku. Tak ada lagi kesedihan dan tak ada lagi tangisan. Kebahagiaan telah kembali menyelimuti hari-hariku. Terlebih saat kudengar kabar yang membuatku ikut bahagia,, saat Yudha kini telah menemukan sosok yang benar-benar dicintainya dan mencintainya dengan tulus. Yah,, Agnes,, ialah sosok gadis yang kini dapat membuat Yudha bahagia dengan ketulusan cinta.
Dan dibawah bayang-bayang cakrawala ini,, tepat ditempat ini,, aku telah mendapatkan sebuah pelajaran akan satu hal bahwa ‘melepaskan bukanlah akhir dari dunia melainkan awal dari suatu kehidupan baru’ dan saat ini,, kehidupan baru telah menyambutku dimasa depan.
***END***
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika kebahagiaan kita sangat bergantung pada orang lain.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika kita merasa dia itu ganteng, cantik, teristimewa dibandingkan dengan yang lain.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika kita takut tidak dapat menemukan yang seperti dia.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika begitu banyak saat-saat indah senantiasa terbayang dibenak kita.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika hati kita berkata “SAYA SANGAT MENCINTAINYA”
Ingatlah!!
Melepaskan bukanlah akhir dari dunia melainkan awal dari suatu kehidupan baru..
Kita harus melepaskan seseorang karena kebahagiaan kita tidak tergantung padanya.
Kita harus melepaskan seseorang karena kita menyadari yang ganteng, yang cantik, yang istimewa belum tentu yang terbaik untuk kita.
Kita harus melepaskan seseorang karena kita tahu jika Allah mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.
Kita harus melepaskan seseorang ketika saat-saat indah hanyalah tinggal masa lalu.
Kita harus melepaskan seseorang karena kepala kita berkata “tidak ada lagi yang dapat dipertahankan”
Kegagalan tidak berarti kita tidak mencapai apa-apa.. namun kita telah memahami sesuatu.. Segala sesuatu ada waktunya,, ada saat mempertahankan,, ada saat melepaskan..!!
***