Ada pinta dalam bait kata
Ada senandung jiwa dalam syair hati
Ada kerelaan dalam melangitnya asa cita
Ada cahaya cinta berpendar ditaman hati
“Kuingin dialah sang belahan jiwa”
Kala sebuah takdir t’lah mematri kami
Izinkan aku membisikkan kata
“Aku sungguh jatuh cinta padamu”
Kala senyum bahagia kami merekah
Kala ‘kusentuh jemarinya’ nan lembut
“Semoga kan menjadi taburan kasih”
Kutengadah jemari, “Jadikanlah kami sepasang cinta”
Kala bunga cinta kami bersemi mekar
“Semoga ia kan jadi pelita, semoga ia kan jadi lentera, semoga ia kan menjadi sebuah senyuman bangga”
Izinkan aku jatuh cinta kepadanya yang layak kucinta
Izinkan aku jatuh cinta hanya untuknya yang memang kucinta
***
Tiga tahun sudah aku mengenalnya,, mengenalnya sebagai seorang sahabat. Sosok gadis yang lembut dan ramah,, sosok gadis dengan paras wajah yang cantik nan manis,, sosok gadis yang selama tiga tahun ini telah mengisi hatiku. Dialah Yuki,, sosok perempuan yang kini tengah berdiri dihadapanku dengan sebuah senyum yang terkembang begitu manis menghiasi wajah putihnya yang cerah. Entah apa? sesuatu yang kini telah menutupi lubang – lubang dihatiku,, saat melihatnya, jantungku berdetak cepat, saat kutatap matanya, betapa itu semua membuat hatiku berdegup kencang,, saat – saat indah yang selalu terbayang manis pada sebuah angan – angan.
Yah,, aku dan Yuki,, memang hanyalah sepasang sahabat,, sahabat yang akan selalu berbagi suka dan duka dalam situasi apapun,, namun,, selalu kuberharap bahwa apa yang kulewati sekarang akan membawaku pada sebuah hubungan yang lebih indah. Meskipun kusadar,, entah kapan rasa ini akan terbalaskan olehnya,, namun selalu kumeminta kepada Nya,, “Jadikanlah kami sepasang cinta”.
***
“kamu yakin,,,” kata-kataku sedikit tertahan dengan perasaan yang membuatku putus asa,, betapa tidak,, dengan wajah yang berseri-seri ia menceritakan seseorang yang kini mulai mengisi hatinya,, orang yang baru dikenalnya 1 bulan yang lalu. ‘cinta pada pandangan pertama’ mungkin itulah yang kini tengah ia rasakan.
Kepadanya,, sosok pria yang kukenalkan 1 bulan yang lalu,, ia labuhkan hatinya, sebuah cinta. Sakit memang, sakit yang terasa begitu perih meninggalkan jejak keputus asaan,, saat ia bercerita tentangnya yang begitu sempurna,, dan mungkin tak ada sedikitpun namaku didalam kamus cintanya,, aku memang hanyalah seorang sahabat,, dan akan tetap menjadi sahabat.
‘Namun demi sebuah rasa cinta,, 1000 kali rasa itu lebih baik saat aku mengerti bahwa senyumannya adalah sesuatu yang berarti bagiku. Ketentramannya adalah buah cinta yang amat teramat mendekap dihatiku, dan aku mengerti bahwa aku harus mengalah’.
“aku yakin Efan,, kalo Rio lah belahan jiwaku,,” dengan sebuah senyum yang menghiasi setiap kata yang terucap dari mulutnya,, aku hanya bisa menahan rasa sakit didalam hati. ‘belahan jiwa’ ia begitu yakin bahwa dia lah belahan jiwanya. Kenapa saat saat seperti ini begitu sulit untuk kuterima??
“kalau memang kamu yakin,, kejarlah cintamu itu,,” dengan segurat senyum aku memberinya sebuah semangat kecil yang sesungguhnya kini tengah berperang dengan rasa putus asa yang menguasai perasaanku.
“tapi Efan,, apa harus aku yang lebih dulu menyatakan cintaku padanya?? Aku seorang perempuan,, apa pantas untuk menyatakan cinta pada seorang laki-laki??” ia bertanya padaku dengan wajah penuh harap bahwa aku akan memberikan solusi padanya tentang rasa yang kini ia rasakan.
“Yuki,, sahabatku tersayang,,,,” kata-kataku tertahan pada seuntai kata ‘sayang’ yah,, ia lah sosok gadis yang kusayangi, kucintai sepenuh hati,, bukan sekedar sahabat,, tapi lebih dari seorang sahabat. “kenapa enggak,, tak salah kalau memang perempuan ingin menyatakan cintanya pada seorang laki-laki,, jika memang kamu yakin,, lakukanlah,,” aku berbicara seolah aku adalah seseorang yang bijak.
Tidak! Tentu tidak! Aku bukanlah seseorang yang bijak,, seseorang yang dapat menerima kenyataan ini,, aku hanya seseorang yang kini telah jatuh pada sebuah rasa. Aku tak pernah mempersiapkan diri,, jika rasa yang kumiliki ini tak akan pernah kumiliki,, aku hanya seorang dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Oh bukan,, seseorang yang memiliki cinta sepihak. Yah,, aku hanya mencintainya,, dan ia tak tau akan perasaanku.
“nanti malem,, Rio ngajakin aku makan malam,, apa aku harus mengatakannya nanti??” Yuki masih terlihat bimbang dengan perasaannya,, bukan karena ia tak yakin akan perasaannya,, tapi karena ia ragu untuk mengatakannya. Ia adalah seorang wanita,, mungkin tak sepantasnya?? Dan jika memang itu pantas dilakukannya,, apakah sanggup?? Lalu bagaimana jika perasaannya tak terbalas??
“aku akan selalu mendukungmu,, sahabat yang akan selalu mendo’akan yang terbaik untuk sahabatnya ter,, SAYANG,,,” aku kembali menyemangatinya,, dengan segala perasaan yang membuncah dihatiku,, aku sungguh tak sanggup jika terus menerus mengatakan sesuatu yang sesungguhnya tak ingin kukatakan.
Jika aku diperbolehkan untuk berjujur,, ingin rasanya aku melarangnya melakukan hal itu,, melarangnya untuk mencintanya,, melarangnya untuk pergi dengannya. Sungguh,, entah sejak kapan,, aku memiliki perasaan ini,, perasaan yang mungkin tak akan pernah terbalaskan.
“Efan,, aku beruntung banget punya sahabat yang perhatian dan pengertian kaya kamu,, aku harap kamu gak akan pernah lelah untuk selalu jadi sahabatku,, Best Friend Forever..” ucap Yuki dengan riang dan untuk kesekian kalinya,, ia menunjukkan senyumannya yang begitu manis, senyuman yang selalu membuat hatiku bergetar hebat. Aku hanya dapat tersenyum membalasnya,, tersenyum diatas rasa kecewa dan keputus asaan karena cinta.
Entahlah,, mungkin karena begitu besar rasa cinta dan sayangku untuknya yang membuatku tak dapat menerima semua ini. Terlebih saat aku mendengarnya berkata ‘Best Friend Forever’,, semua itu benar-benar membuatku semakin tak berdaya menahan perasaan ini yang semakin perih,, apakah memang aku hanya akan menjadi teman untukmu?? Tak dapatkan aku menjadi teman dalam kehidupanmu mendatang?? Tak dapatkan kau berikan hatimu untukku??
Ya Allah…
Kutengadah jemari, “Jadikanlah kami sepasang cinta”
“Kuingin dialah sang belahan jiwa”
***
Malam ini,, perasaanku sungguh tak tenang,, entah perasaan apa yang membuatku tak dapat berhenti memikirkan Yuki,, mungkin karena aku takut jika Yuki akan mengatakan perasaannya pada Rio? Mungkin aku takut jika mereka akan menjadi sepasang kekasih? Mungkin aku takut jika Rio akan menyakitinya? Ya Allah,, aku akan bahagia jika orang yang kucinta bahagia,, tapi aku akan bersedih pula jika seseorang yang kucinta juga bersedih.
***
Kutapaki setiap jengkal jalan setapak yang berada disekitar taman kota,, terlihat ramai,, karena memang malam ini langit terlihat cerah,, dengan sinar rembulan yang bersinar utuh menerangi langit malam,, aku terus berjalan menelurus kedepan,, entah apa? seolah kedua kakiku ingin membawaku pada sebuah tempat di sudut taman ini. Lampu-lampu pijar yang menyala menerangi setiap sudut taman membuatku dapat melihat pasangan muda mudi yang tengah bercengkrama menikmati malam ini. Aku tersenyum,, melihat mereka yang bahagia,, betapa bahagia mereka yang dapat mencintai dan dicintai oleh orang-orang yang memang mereka sayang.
Pikiranku kembali teringat akan Yuki yang mungkin saat ini tengah menikmati suasana malam bersamanya,, orang yang dicintainya,, hatiku kembali menerawang asa yang sulit kulupakan,, betapa ini memang sangat sulit untuk kuterima.
“betapa bahagia mereka,,”desahku lirih sembari tetap melangkahkan kedua kakiku,, menikmati setiap hembusan angin malam yang menerpa tubuhku,, menemani langkahku yang sendiri ini, hingga tanpa sadar langkahku telah membawaku pada sudut taman dengan sebuah lampu pijar yang berdiri gagah.
Namun tunggu! Tak kulihat terangnya lampu pijar itu,, cahayanya redup membuatku tak dapat melihat jelas apa yang ada didepanku. Kuterawang dengan teliti,, kulebarkan kedua kelopak mataku,, kulihat ada seseorang yang tengah terduduk dibangku taman yang berada tepat disamping lampu pijar itu. Siapa? Aku tak dapat melihat jelas wajahnya,, mungkin kini ia tengah tertunduk,, dan samar-samar kudengan suara isakan yang coba ia tahan.
Aku mencoba mendekatinya,, memastikan siapakan gerangan yang tengah terisak ditempan ini,, perlahan dan penuh dengan kehati-hatian aku melangkahkan kakiku mendekati bangku itu, agar sekiranya tak membuatnya terkejut, karena mungkin saat ini ia belum menyadari keberadaanku.
“apa kamu sendirian?” tanyaku berhati-hati agar ia tak begitu terkejut dan tidak menganggapku orang jahat.
“apa kau melihat orang lain disini?” ia berbalik tanya padaku, dengan suara yang terdengar berat,, mungkin ia memang tengah menangis, namun aku masih tak dapat melihat wajahnya karena ia masih menundukkan kepalanya. Tapi baguslah,, paling tidak ia tak terkejut dengan kedatanganku.
“kau benar,, disini memang tak ada siapa-siapa kecuali kau dan aku,,” aku tersenyum dengan pertanyaanku barusan. Bodoh sekali aku? Sudah jelas jika ia tengah sendiri,, lalu untuk apa aku bertanya hal tidak penting itu?
“em,,, apa kau sedang menangis??” aku kembali bertanya padanya,, namun kali ini sedikit kuberanikan untuk mendekatkan wajahku padanya. Aku begitu penasaran dengannya,, entah kenapa? Aku ingin sekali melihat wajahnya, mungkin ia seorang wanita,, karena kulihat rambutnya yang tergerai panjang dan suaranya yang lembut. Dan satu hal lagi yang membuatku begitu penasaran dengannya,, menapa sedari tadi hatiku berdegup kencang, perasaan yang hanya kurasakan pada Yuki.
Ia hanya diam,, tak kudengar sepatahkatapun keluar dari mulutnya,, justru yang terdengar kini adalah isakan tangisnya yang kembali terdengar. Apa aku salah bicara?
“maaf,, aku tak bermaksud membuatmu menangis,, apa kamu,,”
“hei,, bisakah kau diam,, jika kamu hanya ingin menggangguku,, lebih baik kau pergi!” kini ia berkata dengan nada yang tinggi. Mungkin ia merasa kesal karena aku yang tak mengenalnya sudah mengganggunya,, namun sungguh,, aku begitu penasaran dengannya, aku sangat-sangat ingin melihat wajahnya.
“maafkan aku,, bukan maksudku untuk mengganggumu,, tapi aku hanya ingin membantumu,, kita mungkin tak saling mengenal,, tapi entah kenapa aku sungguh ingin membantumu..” aku mencoba untuk membela diri,, bukan bermaksud lain, aku sungguh ingin membantunya, membuatnya agar tak lagi mengangis.
Ia kembali terdiam,, mungkin kini ia tengah menimbang-nimbang perkataanku,, aku mencoba untuk duduk disebelahnya,, dan sekali lagi aku mencoba meyakinkannya,, “aku tak tau apa yang membuatmu menangis,, aku juga tak tau apa yang membuatku datang ketempat ini,, hatiku berkata bahwa aku harus datang ketempat ini,, mungkin ini takdir,, kita yang mungkin tak saling mengenal, bertemu ditempat ini..”
“aku malu,, aku begitu bodoh,, aku tak pernah mencari tau tentang perasaannya padaku,, aku pikir dia juga mencintaiku,, tapi ternyata tidak,, bahkan ia sudah mempunyai kekasih,,” ia berkata begitu lirih sembari menahan isaknya,, menahan air matanya agar tak kembali berlinang. Ia bercerita padaku seakan ia sudah mengenalku,, dan entah perasaan apa yang membuatku ikut merasakan kepedihannya.
“Yukiiii,,,” lirihku dalam hati. Entah kenapa aku merasa dia adalah Yuki,, Yuki yang kini tengah menangis,, Yuki yang kini tengah memendam rasa kecewanya dengan semua tangisnya. Dengan berhati-hati aku mencoba untuk mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk,, ia hanya diam,, diam tanpa kata,, ia sama sekali tak marah dengan apa yang kulakukan.
“Efan,,,,” ucapnya dengan tatapan sendu,, ia terkejut melihatku,, begitu pula denganku. Aku begitu terkejut melihatnya,, jadi dia,, wanita yang kini tengah menangis dihadapanku adalah Yuki, Yuki perempuan yang sangat kucintai.
Perasaan ini,, hati ini,, semua ini yang telah membawaku ketempat ini, mungkin untuk menjadi sandarannya saat ia tengah menangis. Apa ini?? Apakah ini memang sebuah takdir??
“apa yang terjadi Yuki? kenapa kau disini? dimana Rio? kenapa kau menangis??” aku tak dapat lagi menahan perasaanku,, tak sanggup rasanya melihatnya menangis. Kini aku mendekapnya dalam pelukanku,, memberinya ketenangan agar ia tak kembali menitihkan air mata.
***
Hingga 1 bulan berlalu,,,
Kini Yuki telah kembali menata hatinya,, hati yang pernah merasakan kekecewaan. Yah,, karena Rio,, ia harus merasakan kekecewaan,, kejadian 1 bulan yang lalu telah ia lupakan. Mungkin semua ini memang bukan kesalahan Rio,, Rio tak pernah bermaksud untuk menyakiti hatinya,, namun Yuki terlanjut kecewa karenanya.
Dan kini,, Yuki telah kembali tersenyum,, kembali pada sosok Yuki yang dulu selalu ceria,, kembali memberiku sebuah harapan akan cintanya. Aku sadar,, aku tak harus terburu-buru,, aku masih harus ada untuknya sebagai seorang sahabat,, melindunginya sebagai seorang sahabat hingga ia siap mengetahui semua perasaanku padanya.
…………….
Malam ini,, aku mengajaknya kesuatu tempat,, entahlah,, mungkin aku ingin mengatakan perasaanku padanya. Aku siap,, apapun yang terjadi,, apapun yang akan ia katakana padaku.
Ditempat ini,, tempat yang sudah kutata sedemikian rupa,, tempat yang sudah kusiapkan untuk malam ini,, aku akan menyatakan cinta padanya.
“Yuki,, udah lama aku pendam perasaan ini,, aku tau kita adalah sahabat,, tapi aku selalu berharap bisa menjadi seseorang yang akan selalu menjagamu lebih dari sahabat,,” kugenggam tangannya dan kusentuh jemarinya nan lembut,, “apa kamu tau,, betapa sakit hatiku,, betapa perih rasanya saat aku tau kau mencintai orang lain,, saat aku tau hatimu telah terisi orang lain,, bukan aku,,”
“Efan,,,”
“aku mencintaimu,, aku sungguh-sungguh mencintaimu,, menyayangimu lebih dari seorang sahabat,, aku tau,, cinta seorang sahabat tak akan pernah tergantikan,, dan aku juga tau,, cinta yang kurasa ini mungkin bukanlah sebuah cinta yang abadi,, tapi aku akan selalu mencoba dan mempertahankan semua perasaan ini untukmu,,” aku terus bicara padanya,, mengatakan semua isi hatiku,, mengatakan semua yang tengah aku rasakan padanya, sesuatu yang sudah lama terpendam didalam hatiku. Aku lega,, begitu lega karena malam ini,, kesempatan itu datang disaat yang mungkin sudah ditakdirkan sekarang.
“Efan,,,”
“aku akan menunggu jika memang kau belum siap dengan semua ini,, aku hanya ingin kau menjadi pelita,menjadi lentera yang akan menerangi setiap langkahku, menjadi sebuah senyuman disaat kesedihan datang,,” aku kembali mengucapkan semua kata-kata manis untuknya,, bukan sebuah gombalan,, tapi kata-kata yang tulus kuucapkan karena kesungguhan cintaku padanya.
“aku tak pernah tau perasaanmu,, bahkan tanpa pernah kusadari,, aku pernah menyakiti hatimu,, apa masih pantas aku menjadi seseorang yang kau cintai? Kau begitu baik padaku,, sungguh aku merasa tak pantas menjadi kekasihmu, menjadi seorang yang kau cinta Efan,,,”
“Yuki,,, itulah cinta,, cinta dapat membuatmu bahagia, tapi terkadang sebuah kesalahan kecil bisa membuatmu terluka,, tapi perlu kamu tau,,’cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan,, cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kemuliaan,, cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat’ jadi apalah sebuah kesalahan dimasa lalu untuk sebuah cinta dimasa depan..” kugenggam tangannya semakin erat,, aku semakin yakin akan perasaanku padanya.
“aku,,,aku,,,” kini butiran-butiran air mata sudah membasahi kedua pipinya,, dan sebelum air matanya jatuh semakin banyak kuseka air matanya dengan lembut.
“jangan menangis,, ini bukan sebuah sinetron yang menguras air mata,,” aku tersenyum kecil padanya,, dan ia pun membalasnya dengan segaris senyum yang terlukis manis diwajahnya.
“aku tak menangis,, aku bahagia,, karena kau sudah memberiku sebuah cinta,, cinta yang selama ini kucari,, dan ternyata semua itu ada dihadapanku,,,” ia tersenyum dengan butiran air mata kebahagiaannya.
“jadi,, kau,,,” aku menggantungkan semua kata-kataku,, berharap ia akan mengatakannya padaku.
“iya,,, aku juga mencintaimu Efan,,,” ucapnya begitu jelas,, semua yang kudengar adalah sebuah pengkabulan dari semua doa-doa yang selalu kupinta pada Nya.
***
Betapa aku bahagia,, sebuah kebahagiaan yang sudah lama kutunggu,, setelah sekian lama bertahan dan bersabar,, hingga sekaranglah jawaban yang telah Engkau berikan padaku.
Aku berjanji,, untuk selalu menjaga cintanya,,
Aku berjanji,, untuk selalu melindunginya,,
Aku berjanji,, untuk selalu membahagiakannya,,
*** End ***
(hahaha gambar gak nyambung,,, *abaikan gambar*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar