Minggu, 25 Desember 2011

The Story Only I Didn’t Know



Cast : IU/Lee Ji Eun
          Jang Wooyoung


Genre : Drama, Romance, Fantasi


Just For Fun!!!! FF


........................................................................................................................................................


Hidup ini seperti sebuah cerita, dimana kita menjadi tokoh utama dalam cerita yang telah dibuat. Ada kalanya kita tertawa, kita menangis, kita mencintai dan kita dicintai. Menjadi kesatuan yang utuh dalam sebuah realita kehidupan yang nyata. Namun kalanya kita menemui sebuah alur yang berbeda, dengan jalan cerita yang tak pernah kita tau.

***

Hari-hariku selalu kuhabiskan dengan bernyanyi, menghibur orang-orang yang tengah menghabiskan waktu malam disebuah bar kecil di Kota Seoul. Aku bernyanyi untuk mendapatkan uang, karena itulah pekerjaanku. Kunikmati setiap won yang kudapat dari hasilku menjual suara. Orang-orang selalu memujiku, dengan mengatakan bahwa aku memiliki suara yang merdu, dan itu menjadi modal untukku melakukan perkerjaan ini.

***

Eonjengan i nunmuri meomchugil
Eonjengan i eodumi geodhigo
Ttaseuhan haetsari i nunmureul mallyeojugil

(IU - Someday)

Seperti biasa, saat matahari mulai kembali keperaduannya, aku memulai aktivitasku dengan bernyanyi. Di sebuah bar kecil di Kota Seoul, aku benyanyi untuk memberi hiburan pada sekumpulan pengunjung bar yang tengah menghabiskan malam yang dingin ini dengan sebotol soju untuk menghangatkan tubuh mereka.

Dengan suara petikan gitar yang mengiringi lantunan lagu, aku bernyanyi sembari mengarahkan kedua bola mataku menyusuri ruangan ini, memandang orang-orang yang tengah asyik menikmati lantunan lagu dengan sebotol soju.Tanpa sengaja mataku tertuju pada sudut ruangan yang telah melingkar sebuah meja kayu yang kini telah terduduk seorang pengunjung yang baru pernah kulihat. Aku baru saja menyadari keberadaannya, seorang namja yang terlihat tampan dengan paras wajahnya yang merona.

Aku melihatnya, memandangnya dengan seksama, kulihat ia memesan sebotol soju yang sudah ada dimejanya. Aku terus menatapnya, hingga ia menyadari bahwa aku tengah melihatnya, dan tanpa kuduga namja itu  membalas tatapanku dengan senyumannya yang begitu manis. Sejanak, kamipun saling beradu pandang.

Hingga akhirnya, aku kembali melantunkan lagu yang tengah kunyanyikan, kupalingkan pandanganku darinya. Kali ini aku benar-benar tersipu malu saat ia membalas tatapan mataku. Sunggu sangat menawan melihat tatapan matanya yang lembut dengan senyuman yang manis.

***

Dua lagu sudah kulantunkan dihadapan semua pengunjung bar, tak terkeculi seoang namja disudut ruangan ini. Sebagian dari mereka memberikan tepuk tangan atas penampilanku, berteriak memuji suaraku bahkan kecantikanku. Aku berterimakasih atas pujian mereka, kubungkukkan badanku sembari memberi senyum sebagai isyarat terima kasihku.

Saat aku kembali menegakkan badanku, aku sudah tak lagi melihat sosok namja yang telah mencuri perhatianku. Aku fikir, aku dapat berkenalan dengannya, sebagai pengunjung baru di bar ini, aku berharap dapat mengenalnya. Namun ternyata, ia sudah menghilang dari tempatnya, dan aku benar-benar tak menyadari kepergiannya.

Kemudian akupun memutuskan untuk bertanya pada salah satu pelayan di bar,, “nona, apa kau melihat seorang namja yang duduk disana?” ucapku sembari menunjuk meja kosong disudut ruangan.

“mollayo” pelayan itu menjawabnya dengan singkat. 

Mungkin ia memang harus segera pergi, sehingga tak ada yang melihatnya. Dan malam ini aku hanya bisa membuang nafas kecewaku. Aku berjalan mendekati meja kayu itu, aku melihat sebotol soju dan sebuah gelas kecil yang sudah kering. Aku tersenyum kecil melihatnya, membayangkan saat ia tengah duduk disana. Dan tanpa sengaja, aku melihat sebuah benda kecil yang bercahaya dibalik botol soju itu. Kalung! Yah,, sebuah kalung putih bergambarkan bintang tergeletak dibalik botol soju itu. Aku mengambilnya sembari berpikir, ‘apa ini milik namja itu?’

***

Keesokan harinya, saat matahari mulai menenggelamkan diri di ujung barat, aku terbangun dari tidurku. Seharian ini aku hanya menghabiskan waktuku untuk tidur, karena bagiku tidur akan lebih baik daripada menghabiskan waktuku untuk semua aktivitas yang tak penting. Namun tiba-tiba,aku teringat dengan sebuah kalung putih bergambarkan bintang yang tertinggal dimeja kayu itu, aku mengambil benda itu yang kubawa semalam, kulihat setiap detail dari ukiran bintang yang tergantung dikalung itu, sungguh indah. Aku menjadi teringat kembali dengan sosok namja yang kulihat semalam, teringat akan tatapan matanya yang lembut dan senyumannya yang manis. Aku berharap, jika malam ini ia akan datang.

***

Malam  ini aku tengah bersiap untuk kembali bekerja, aku tak tau apa yang kulakukan, tanpa berfikir panjang aku mengambil sebuah dress berwarna putih yang terlihat anggun saat kukenakan, entah mengapa malam ini aku sangat ingin berpenampilan anggun. Kuikat sebagian rambut panjangku agar terlihat rapi, kukenakan polesan make up yang tak terlalu mencolok, dan akupun tersenyum didepan cermin melihat penampilanku malam ini.

“cham yebbeoyo,,” aku tersenyum atas perkataanku barusan, aku memuji diriku sendiri di depan cermin. Seolah,, sebuah bayangan muncul dari dalam cermin.

***

Aku berjalan menyusuri jalanan Kota Seoul yang dipenuhi dengan gumpalan-gumpalan salju, masih terlihat ramai meskipun suhu diluar sangat dingin, kulihat sekelilingku dan tanpa sengaja kulihat sekilas sosok namja yang sepertinya pernah kulihat. Yah,, namja itu, ia yang kulihat di bar malam itu. 

Aku berusaha mengejarnya,menerobos diantara orang-orang yang tengah berjalan, aku melihat ia melangkah dengan cepat melewati sebuah gang kecil. Dan itu benar-benar membuatku kehilangan jejaknya, ia berjalan dengan sangat cepat, sepertinya ia terlihat buru-buru, dan aku sudah tak melihatnya dimanapun. Tapi aku kembali yakin bahwa malam ini, ia akan datang.

***

While I was waiting for you,
I’ve been thinking that you’re so painful after you left me.
So you’re crying on the way back to me.
When I look at you, I hope.
On a clear day you will come back to me just like when you left me.

Can’t I see you again?
I can’t see me In your eyes

(IU - Waiting)



Sudah tiga lagu kunyanyikan malam ini, namun aku masih belum melihat sosoknya disana, seorang namja yang duduk disudut ruangan ini, berkali-kali kedua bola mataku menyusuri seluruh ruangan, namun memang tak kulihat batang hidungnya. Meskipun demikian aku masih berharap jika ia akan datang malam ini.

Aku kembali bernyanyi, aku kembali melantunkan sebuah lagu, sebuah lagu yang menggambarkan isi hatiku saat ini, sebuah lagu yang mengambarkan harapanku akan kedatangannya, dan aku akan terus berharap bahwa ia akan datang.

Saat yang kunanti tiba, aku melihat sosoknya telah terduduk manis disudut ruangan itu, aku tak tau saat ia datang dan saat ia pergi, tapi aku tak peduli itu, bagiku inilah hal yang menyenangkan saat aku bisa melihatnya kembali. Mungkin aku telah jatuh cinta padanya, ‘cinta pada pandangan pertama’. Kulemparkan senyum padanya, dan iapun membalas senyumanku bersamaan dengan lambaian tangannya padaku.

***

“dilagu terakhir malam ini,, kupersembahkan lagu ini untuk seseorang yang spesial disana,,” kataku sembari  melihat kearahnya, kearah sosok namja yang kini tengah menaungi hatiku.

Loving you
Is more than just a dream come true
And everything that I do
Is out of loving you

No one else can make me feel
The colors that you bring
Stay with me while we grow old and
We will live each day in spring time
(IU - Loving You)

 Aku masih bernyanyi, kali ini aku benar-benar menghayati setiap kata dalam bait lagu, masih dengan petikan gitar yang berpadu harmonis dengan tut tut piano yang lembut mengiringi setiap bait lagu yang kulantunkan. Seolah menggambarkan suasana hatiku yang tengah bahagia, aku terus bernyanyi bersama jiwaku. Setelah sekian lama kututup hati ini, dan saat inilah aku kembali merasakan sebuah getaran cinta.
Kupejamkan mataku, dalam tarikan nafas terakhir untuk mengakhiri lagu ini, aku berucap “nan haengboghae” dan kudengar, satu persatu tepuk tangan pengunjung bar yang sedari tadi hanya diam melihatku bernyanyi. Semakin banyak dan semua menjadi sebuah tepuk tangan meriah, kubayangakan saat aku tengah bernyanyi disebuah panggung besar dengan tata cahaya yang indah disaksikan banyak penonoton tanpa terkecuali sosoknya yang menjadi orang spesial dimalam ini.

Aku masih saja memejamkan kedua mataku, berharap saat aku membuka mata, aku masih dapat melihat sosoknya disana. Melihat tatapan matanya yang lembut dan senyumannya yang manis.

Perlahan aku membuka mataku, satu per satu bayangan orang-orang dihadapanku mulai terlihat, hingga pandanganku tertuju pada satu sosok disudut ruangan yang tengah melihat kearahku. Yah,, namja itu, ia masih duduk manis disana, ia masih melihatku, ia tak pergi seperti malam kemarin. Aku tersenyum, aku tersenyum padanya.

Perlahan aku menuruni panggung kecil yang menjadi saksi bisu saat aku bernyanyi, masih dengan tatapan-tatapan kagum para pengunjung bar, aku melangkah mendekati meja kayu disudut ruangan ini, aku mendekati sosok namja yang sudah lama kuharapkan, hingga kini aku sudah berada tepat dihadapannya, menatapnya dan kulemparkan senyuman padanya.

“apa kau mencari benda ini,,” tanpa basa basi aku langsung menyerahkan sebuah kalung putih dihadapannya.

Sejenak ia hanya diam, kedua bola matanya bergerak bergantian manatap kearahku dan pada kalung putih ditanganku, lalu ia tersenyum padaku.

“bagaimana kau menemukannya?” ia berdiri dari duduknya, mensejajarkan tinggi tubuhnya denganku, dan untuk pertama kalinya ia mengeluarkan suaranya, benar-benar sosok yang menawan.

“kau meninggalkannya semalam,, dan aku pikir ini milikmu..” kataku sembari menyerahkan benda itu dihadapannya.

“gamsahamnida,, kalung ini adalah benda yang berharga untukku,,” aku terperanjat atas ucapannya barusan, benda berharga? Apa kalung ini dari seseorang yang spesial dihidupnya, seorang yeoja.

“cheonmaneyo,, kau beruntung,, karena benda itu tak sampai hilang,,” aku tersenyum menatap kalung putih yang bercahaya karena pantulan sinar lampu.

“ne,, kau benar,,” ia membalasnya singkat. Aku tersenyum dan berlalu pergi.

“Ji Eun-ssi,,,” kudengar ia memanggil namaku, apa? ia tahu namaku.

“kau,, bagaimana kau bisa tahu namaku?” aku membalikkan badanku dan kali ini aku kembali berhadapan dengannya.

Ia tersenyum, sembari melangkah mendekatiku yang sudah agak jauh dari tempatnya,, “kau,, Lee Ji Eun,, siapa yang tak mengenalmu. Suaramu sangat merdu,, semua orang akan mudah mengenali suaramu yang indah,, dan kau,, cham yebbeoyo!” ia berbisik ditelingaku.

“mwo,,,? Benarkah itu?” aku tersipu dengan kata-katanya barusan, ia memujiku, memujiku dengan baik.

Ia mengedipkan sebelah matanya padaku,, dan membuatku hanya bisa menatapnya tak percaya.

***

Hari demi hari kulewati dengan bahagia, namja itu, Jang Wooyoung, yah,, itulah namanya. Kini aku semakin dekat dengannya, sering kali kuhabiskan waktuku bersamanya, saat aku tengah bernyanyi, ia selalu datang hanya untuk sekedar melihatku. Aku bahagia,, sungguh bahagia dengan apa yang sudah terjadi hingga saat ini,, seolah ia sudah ditakdirkan untuk menjadi namjaku, orang yang mengisi hatiku.

Seperti saat ini,, ia mengajakku pergi. Berkencan! Yah,, mungkin kata itulah yang lebih tepat. Ia mengajakku berkencan menghabiskan sebagian waktu dimusim dingin. Karena memang,, hari ini adalah hari terakhir dimusim dingin, dan esok,, esok akan menjadi musim yang indah, spring,, sebuah musim yang indah dan menyenangkan.

“Ji Eun-ssi,, apa kau menyukai musim semi?” ia memulai pembicaraan kami saat kami tengah duduk disebuah ayunan di taman kota.

“aigoo,, musim semi adalah musim yang indah,, tak ada lagi gumpalan-gumpalan putih yang menutupi daun-daun hijau, bunga-bunga akan bermekaran, dan akan menjadi hari yang sangat menyenangkan!” kataku dengan semangat, sembari melihat langit malam yang terlihat terang, meskipun tak banyak bintang yang terlihat, namun langit terlihat indah.

“arayo,, musim semi memang musim yang sangat indah..” ia berkata sangat pelan, namun kulihat ia tersenyum menatap langit malam itu. Membuatku ikut tersenyum melihatnya.

Sejenak kami hanya saling terdiam,, menikmati suasana malam yang dingin, namun bagiku tak menjadi masalah saat aku tengah bersamanya, bersama namjaku, Jang Wooyoung ^^

“Ji Eun-ssi,,” kini ia kembali memanggil namaku, menatapku bahkan kini ia sudah berdiri tepat dihadapanku.

Aku terkejut melihatnya, kudongakkan kepalaku agar aku bisa melihat wajahnya.
Aku hanya diam, karena kupikir ia akan mengatakan sesuatu padaku. Dan ternyata memang benar,, “maukah kau berjanji padaku untuk malam ini dan seterusnya,,” ia menggantungkan kata-katanya, membuatku mengerutkan dahi, karena aku benar-benar tak mengerti dengan apa yang ia ucapkan barusan.

Ia mengambil sesuatu di saku jaketnya,, suatu benda yang sudah kukenal, kalung itu! yah,, kalung putih bergambarkan bintang itu ia keluarkan dari saku jaketnya, kalung yang berharga untuknya.
“maukah kau menyimpan kalung ini untukku?” ia meperlihatkan kembali kalung itu dihadapanku.

“mwo,,! Bagaimana bisa? Bukankah itu benda yang berharga untukmu?” aku semakin tak mengerti dengan semua ini, apa maksud semua ini sebenarnya?

“kau benar,, ini adalah benda yang berharga untukku,, tapi kau lebih berharga untukku, dan aku sungguh ingin kau menyimpan kalung ini untukku..” ia tersenyum padaku, namun aku melihat keteduhan dari matanya, tak pernah aku melihatnya seperti ini sebelumnya.

Kuhembuskan nafas berat untuk menerimanya,, “baiklah,,” ucapku pelan. Ia tersenyum dan kemudian mengalungkan kalung itu dileherku.

“saranghae,,” bisiknya kepadaku.

“saranghae, oppa,,” aku membalas ucapnya,, kali ini aku berdiri untuk menyeimbangkan tinggiku dengan tingginya.

Tanpa kuduga,, ia mendekatkan wajahnya padaku,, semakin dekat dan semakin dekat hingga jarak wajahku dan wajahnya hanya terpaut beberapa centi,, bahkan hidung kami kini telah terpaut, dan aku dapat merasakan setiap hembusan nafasnya yang pelan.

‘cup’

Sebuah kecupan lembut ia daratkan dikeningku,, aku tersenyum dengan semua ini. Dan kali ini ia mendekapku dalam sebuah pelukan hangat yang nyaman. Ia memelukku erat, memelukku dengan cinta.
“oneul jeulghe oweoseoyo” batinku.

***

Saat yang telah kutunggu datang, musim semi yang hangat dan indah, aku kembali dengan rutinitasku. Saat aku terbangun hari ini, aku merasa apa yang telah terjadi malam itu adalah sebuah mimpi. Anio! Tentu tidak, itu semua nyata, bahkan aku dapat merasakan pelukannya yang hangat, dan kalung,, aku mencari kalung putih yang semalam telah ia pasang dileherku. Ada,, kalung itu terpasang manis dileherku. Aku tersenyum memegangnya.

Aku kembali dengan pekerjaanku sebagai seorang penyanyi bar, melihat orang-orang yang masih setia mengunjungi bar ini setiap malam, aku semakin semangat melantunkan setiap bait lagu untuk mereka. Seperti malam ini, aku teringat dengan sebuah lagu yang terdengar indah,,

 Because loving you
Has made my life so beautiful
And every day of my life
Is filled with loving you
(IU - Loving You)

***

Malam ini, aku telah menyelesaikan semua tugasku, namun sepertinya hatiku tak merasa lega karena aku tak menemukan sosok namja yang kuharapkan. Jang Wooyoung, aku tak melihatnya dimanapun, ia tak datang malam ini. Dan aku merindukannya, bahkan kerinduan itu berubah menjadi sebuah kecemasan.

“Ji Eun-ssi,, siapa yang kau cari?” seorang pelayan bar menghampiriku dan bertanya padaku.

“anio,, aku hanya,,” aku menghentikan kata-kataku. Sejenak aku berpikir karena tiba-tiba aku menjadi ragu untuk mengatakannya,,  “sudahlah itu tak penting,,” ucapku kemudian.

“baguslah! Ji Eun-ssi,, malam ini kau sunggu luar biasa..” kini ia memujiku, memuji penampilanku barusan, namun aku tak begitu mempedulikannya, karena saat ini kedua bola mataku terus saja memperhatikan pintu masuk di sudut sana, berharap jika ia akan muncul.

“Ji Eun-ssi!” seru pelayan bar dihadapanku, kali ini ia menunjukan wajah bingungnya saat melihatku yang terlihat gelisah.

“nona,, apa kau tau seorang namja yang akhir-akhir ini sering mengunjungi bar ini?” kali ini aku memutuskan untuk bertanya pada pelayan bar yang masih terlihat bingung melihatku.

“mwo,,!? akhir-akhir ini banyak namja yang sering mengunjungi bar,, bagaimana aku bisa tau sosok namja yang kau maksud!” ia menjawab pertanyaanku ringan.

“benar juga,, tapi maksudku seorang namja yang sering duduk disana? dimeja kayu itu?” aku kembali bertanya, kali ini lebih kuperjelas pertanyaanku sembari menunjuk sudut ruangan.

“siapa? disana? aku tak pernah melihat siapapun disana,, bahkan sejak pertama kali aku bekerja disini, tempat itu memang selalu kosong!” ia memberiku jawaban yang sungguh tak kumengerti. Bagaimana mungkin? Ia tak pernah melihatnya?

“hey nona,, kau jangan bercanda? Bahkan aku sering mengobrol dengannya?”  aku mencoba meyakinkannya, karena mungkin ia melupakan sesuatu.

“Ji Eun-ssi,, apa kau melihatku seperti sedang bercanda, hah,, kau yang bercanda,, tak ada yang pernah duduk dimeja kayu itu,, kau paham?” ia tetap yakin dengan jawabannya, namun itu semakin membuatku tak mengerti. Siapa yang sebenarnya bodoh? Aku?

Lalu aku melangkah menuju sudut ruangan dimana namja itu selalu duduk disana dengan segala kelebihan yang ia miliki, ketampanannya!. Aku melihat meja itu kosong, tak ada apapun disana, bahkan saat ini aku melihat meja itu terlihat usang, tertutup oleh debu. Apa ini? Bukankah ia selalu disini? Bagaimana bisa tempat ini kotor?

***
Berhari-hari aku memikirkan semua ini, otakku benar-benar tak dapat menjangkau semua yang terjadi, dan sudah 1 minggu berlalu, aku tak pernah lagi melihat sosok namjaku, Jang Wooyoung. Dimana dia? Kemana dia? Atau siapa dia sebenarnya?

Semua orang memang tak pernah melihatnya, bahkan aku dianggap gila karena menanyakan semua tentangnya, namun aku yakin jika semua yang kualami ada sebuah hal yang nyata. Aku kembali mengingat saat-saat pertemuan pertamaku dengannya, saat kedekatanku dengannya, hingga saat terakhir aku bertemu dengannya. Bahkan kalung itu! yah,, bahkan aku mengenakan kalung putih bergambarkan bintang yang ia berikan untukku tempo hari. Lalu kenapa semua orang tak pernah melihatnya? Apakah ini hanyalah sebuah imajinasiku?

***



Kau benar-benar lupa segalanya
Melihat betapa cerianya kau menyapaku
Seketika kepedihan samar-samar mulai kurasakan
Luka yang kini muncul di kulitku
Air mata enggan menitik
Karena perpisahan ini bagai tak berarti
Karena ini serasa tak benar

Pada akhirnya tak kan ada ucapan selamat tinggal yang indah

Jika kutahu, ku kan menangisi semuanya
Saat itu, aku telah menjadi bagian dari akhirmu
Sebuah cerita yang hanya aku tak mengetahui
(IU - The Story Only I Didn't Know)

“Wooyoung-ah,, dimana kau sekarang? Siapa kau sebenarnya?” aku terduduk disebuah ayunan di taman kota. Tempat dimana pertemuan terakhirku dengannya.

Aku tertunduk lesu, dan kali ini tetesan air mata telah jatuh membasahi kedua pipiku. Aku tak sanggup lagi memikirkan keanehan ini, aku tak terima saat orang lain mengatakan jika mereka tak pernah melihatnya, aku tak terima saat kau menghilang begitu saja tanpa memberitahuku yang sebenarnya. Aku tak tau apa yang harus kulakukan? Berhari-hari aku berharap bahwa kau akan datang, namun kau tak pernah datang. Berhari-hari aku menunggu dengan air mata yang harus menetes. Setiap malam aku selalu datang ketempat ini, namun kau juga tak pernah menampakkan dirimu. Dimana kau? Jang Wooyoung…!

“Ji Eun-ssi…” tiba-tiba seseorang memanggil namaku, kali ini suara yang sudah sangat kukenal, Jang Wooyoung, yah,, kuyakin ini suaranya.

Aku mengangkat kepalaku yang sedari tadi tertunduk, kulihat sosok namja yang sangat kurindukan, sosok namja yang membuatku harus meneteskan air mata, sosok namja yang membuatku tak dapat menerima semua keadaan ini.

“Wooyoung-ah..” desahku pelan sembari kulemparkan segaris senyum dengan air mata yang masih mengalir dipipiku. Entah apa yang kurasakan, aku bahagia melihatnya, namun hatiku merasakan sebuah kepedihan. Dan saat ini, kulihat ia tersenyum padaku, ia kembali memperlihatkan senyumannya padaku.

“Wooyoung-ah…” aku kembali memanggil namanya pelan, dan kali ini aku berdiri dari posisiku dan mencoba melangkah mendekatinya. Namun sesuatu yang tak kuinginkan terjadi, bagaimana bisa sosoknya menghilang saat aku ingin memeluknya. Apa ini? Apa yang terjadi? Siapa dia?

“Oppa,,,” aku berteriak dengan air mata yang semakin deras membasahi kedua pipiku, dan tak sanggup lagi rasanya untukku berdiri hingga akhirnya kini aku terduduk dibawah bayang-bayang sinar bulan yang seolah ikut merasakan apa yang kini kurasakan.

######

Tidak ada komentar:

Posting Komentar